Tumbuh besar, saya dengan cepat belajar bahwa sekolah bukan satu-satunya tempat di mana saya akan menghabiskan berjam-jam dalam sehari. Ketika ibu saya mulai bekerja sebagai Kepala Divisi yang menuntut waktu, saya dan saudara saya mendapati diri kami dalam dilema yang sangat familiar: “Apa yang harus kita lakukan dengan anak-anak?” Solusinya, tampaknya, adalah program setelah sekolah. Saya tidak tahu bahwa ini akan menjadi pelajaran tersendiri—pelajaran yang akan membentuk pemikiran saya tentang pendidikan selama bertahun-tahun yang akan datang.

Janji Program Setelah Sekolah

Pada awalnya, ide program setelah sekolah terdengar luar biasa. Orang tua saya sangat senang dengan brosur yang menjanjikan “mengisi kekosongan pemahaman anak Anda dengan kegiatan menyenangkan dan metode pengajaran inovatif.” Sepertinya solusi yang sempurna. Kami belajar hal-hal baru sementara orang tua sibuk dengan pekerjaan mereka, mencari nafkah dan menyediakan kehidupan untuk kami.

Namun, kenyataan program setelah sekolah sangat berbeda dari yang dijanjikan. Alih-alih pelajaran yang menarik dan kegiatan kreatif, hal paling inovatif yang terjadi adalah guru menulis pekerjaan rumah kami di papan tulis dan kami menghabiskan berjam-jam menyalinnya. Membosankan? Tentu saja. Tetapi sebagai anak, Anda tidak punya banyak pilihan. Mengatakan yang sebenarnya pada orang tua hanya akan mengarah pada perpindahan ke kelas lain, dan jujur, saya tidak berpikir itu akan membuat perbedaan.


Pergumulan dengan Kebosanan

Berjam-jam pekerjaan sekolah yang berlanjut dengan kegiatan yang sama dan monoton di program setelah sekolah membuat saya kelelahan dan tidak tertarik. Saya merasa sangat bosan. Siapa yang, setelah seharian di sekolah, ingin melanjutkan dengan buku pelajaran yang sama dan latihan-latihan yang membosankan di sore hari? Namun, ada perasaan aneh tentang kewajiban yang membuat saya terus bertahan, terutama ketika orang tua berjanji bahwa gaji ibu akan membantu membeli TV terbaru atau video game baru.

Saya tidak punya banyak suara dalam hal ini, jadi saya mengatupkan gigi dan mencoba yang terbaik, sambil diam-diam berharap ada jalan keluar.


Titik Balik: Program Baru

Semua berubah ketika saudara perempuan saya memutuskan bahwa dia sudah cukup. Dia menolak untuk pergi ke program setelah sekolah, dan itulah saat orang tua saya mulai menyadari ada yang tidak beres. Tak lama setelah itu, kami dipindahkan ke program lain—yang untungnya, lebih menarik.

Program baru ini lebih besar, lebih cerah, dan tampaknya lebih menyenangkan. Kami memiliki akses ke komputer, yang pada masa itu adalah hal baru yang menarik. Setiap dari kami mendapat giliran menggunakan komputer, dan kami merasa seperti benar-benar melakukan sesuatu. Yang lebih penting, kami mulai mengerjakan pekerjaan rumah dengan sedikit bantuan, dan kegiatan-kegiatan menjadi lebih menyenangkan. Ada kelas akting, pelajaran pidato, permainan, bahkan sesi melukis. Mencoretkan warna di kanvas dan tertawa di lelucon-lelucon konyol menjadi sorotan hari saya. Akhirnya, saya mulai menantikan program setelah sekolah saya.


Pentingnya Program Setelah Sekolah: Lingkaran Penuh

Sekarang, sebagai orang dewasa dengan anak saya sendiri, saya mendapati diri saya berada dalam posisi yang sama seperti orang tua saya dulu. Saya perlu mencari program setelah sekolah yang tepat untuk anak saya, dan pelajaran yang saya pelajari sebagai anak telah datang penuh lingkaran. Program yang tepat bukan hanya untuk mengisi waktu; itu tentang memberikan pengalaman yang seimbang dan memperkaya yang membuat anak-anak tetap terlibat sambil membantu mereka tumbuh.

Saya sekarang lebih memahami nilai program setelah sekolah daripada sebelumnya. Mereka bukan hanya cara untuk membuat anak-anak sibuk—mereka sangat penting untuk perkembangan mereka. Program tersebut harus menawarkan lingkungan yang aman dan terstruktur di mana anak-anak dapat mengeksplorasi minat baru, membangun keterampilan, dan bersenang-senang.

Seperti orang tua saya sebelumnya, saya berharap dapat menemukan program pendidikan yang tepat untuk anak saya, yang dapat menyeimbangkan pembelajaran dan bermain.


Kesimpulan

Melihat kembali, pengalaman saya dengan program setelah sekolah bukan hanya fase kebosanan masa kecil—itu adalah bagian penting dari perjalanan pendidikan saya. Meskipun program-program tersebut mungkin tidak sempurna pada saat itu, mereka mengajarkan saya pelajaran berharga tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak dalam menjaga anak-anak terlibat dan belajar di luar kelas tradisional.

Sekarang, saat saya menavigasi dunia parenting, saya tahu betapa pentingnya untuk menemukan program setelah sekolah yang mendorong pertumbuhan, kreativitas, dan kegembiraan dalam belajar. Sejarah, tampaknya, memang mengulang dirinya sendiri, dan saya berharap dapat memberikan anak saya kesempatan untuk menikmati waktu mereka setelah sekolah, seperti yang saya lakukan pada akhirnya.